LAPORAN RESMI
KIMIA UNSUR
Sintesis dan Penentuan Rumus Molekul Senyawa Kompleks Besi (III) Oksalat
Disusun oleh:
Nama : Bayu Setiawan
NIM : 14670040
Prodi : Pendidikan Kimia
LABORATORIUM KIMIA UNSUR
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2015-2016
A. Tujuan Percobaan
1. Mensintesis
senyawa kompleks besi (III) oksalat.
2. Menentukan
rumus molekul senyawa kompleks besi (III) oksalat.
B. Dasar
Teori
Kimia
kompleks adalah bagian ilmu yang mempelajari senyawa-senyawa koordinasi atau
senyawa kompleks. Senyawa-senyawa ini memiliki bentuk molekul yang terdiri dari
gabungan dua atau lebih molekul yang sudah jenuh. Misalnya:
BF3 + NH3 → BF3.NH3
Walaupun dalam
senyawa kompleks memiliki bilangan koordinasi, yang paling banyak dijumpai
adalah 4 (empat) dan 6 (enam), strukturnya planar atau tetrahedral atau
oktahedral. Namun demikian ternyata bentuk senyawa kompleks adaah tetrahedral
(Sukarjo,1985).
Senyawa
kompleks dapat berbentuk senyawa netral seperti [Ni(CO)2] atau
berbentuk senyaea ionik seperti [Ag(NH3)2]Cl. Senyawa
kompleks ionik terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion)
(Effendi,2007).
Pada
pembentukan senyawa koordinasi selalu ada molekul-molekul atau ion-ion yang
mendonorkan elektron-elektron yang biasanyaberupa pasangan elektron (elektron
pair) pada atom logam atau ion logam. Molekul-molekul atau ion logam tersebut
biasanya disebut dengan ligan. Ligan merupakan suatu molekul yang berikatan
kovalen dengan atom logam atau ion logam melalui satu atau lebih atom yang
terdapat pada ligan tersebut.
jenis-jenis ligan
ada beberapa macam, antara lain:
a. Ligan
monodental yaitu ligan yang memiliki sebuah atom donor. Ligan monodental yang
memiliki sebuah atom BEB biasanya hanya dapat membentuk sebuah ikatan kovalen
koordinasi. Contoh dari ligan monodental antara lain: NH3 dan CO.
b. Ligan
bidental yaitu ligan yang memiliki 2 (dua) atom donor. Contoh ligan bidental
adalah 1,2-diaminoetana(etilenadiamina), ion oksalat (COO-), dan
1,10-fenantrolina.
c. Ligan
tridental yaitu ligan yang memiliki 3 (tiga) atom donor. Contohya adalah dien
dan terpy.
Masih terdapat
jenis ligan lainnya seperti tetradental, pentadental dan heksadental. Penamaan
ligan tergantung banyakknya atom donor yang dimiliki suatu senyawa.
Ligan merupakan
suatu atom atau gugus atom yang mempunyai kelebihan pasangan elektron, yang
biasanya adalah:
a. Ion
halogenida (F-, Cl-, Br-, dan I-),
OH- baik dari basa maupun dalam persenyawaan organik, CN, gugus
karbonil (>C=O), dan karboksil (-COOH).
b. Basa
nitrogen (NH3), amina aliatik, piridin dan sebagainya.
c. Beberapa
gugus atom yang berisi S, P, dan As (Harjadi,1990).
Larutan
standar merupakan suatu larutan yang konsentrasinya diketahui secara pasti.
Larutan standar ini di ditambahkan secara bertahap kelarutan yang
konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi kimia antara kedua larutan
tersebut berlangsung sempurna. Jika mengetahui volume larutan standar dan
larutan yang tidak diketahui yang digunakan dalam titrasi, maka dapat digunakan
untuk menghitung konsentrasi larutan yang tidak diketahui konsentrasinya
tersebut (Chang, 2005).
Titrasi
merupakan puatu proses penambahan suatu zat kedaam suatu zat yang sedang
diamati. Zat atau larutan dalam titrasi disebut dengan titran. Titran akan
ditambahkan sedikit demi sedikit sampai zat atru larutan yang diteliti mencapai
titik ekuivalaen. Titrasi aa beberapa macam, salahsarunya adalah titrasi
permanganometri. Titrasi permanganometri merupakan salah satu tutrasi oksidasi
reaksi dengan menggunakan garam kalium permanganat (KMnO4) sebagai
larutan standarnya. Akan tetapi kalium permanganat bukan merupakan bahan kimia
standar primer. Hal ini dikarenakan permanganat selalu bercampur dengan
oksidanya. Keadaan bahan kimia tersebut semakin meningkat dengan terbentuknya
oksida mangan. Adanya bahan pereduksi tersebut dihindari, karena keberadaanya
dapat mengkatalis proses atau dekompososisi larutan permanganat (selama
pendiaman/penyimpanan).
Reaksi yang
terjadi:
4MnO4-
+ 2H2O → 4MnO2 + 4H+
Reaksi atau
dekomposisi ini dikatalis oleh adanya mangan oksida. Sehingga permanganat tidak
stabil dalam keadaan ion Mn2+.
4MnO4-
+ Mn2+ +2H2O → 5MnO2 + 4H+
Pada kondisi asam
reaksi ini berlangsung lambat, dan pada kondisi netral sangat cepat (Widodo,
2010).
C. Alat
dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini
antara lain buret 25 ml, statif + klem katak, erlermeyer 125 ml, gelas beker
250 ml, gelas beker 50 ml, gelas ukur 25 ml, pipet ukur 1 ml, bola hisap, gelas
arloji besar, gelas arloji kecil, corong gelas kecil, pengaduk sendok sungu,
pinset, termometer, magnetic stirrer, botol akuades, glass wool, label, kertas
saring, dan hot plate.
2. Bahan
Bahan yang digunakan antara lain amium
besi (II) sulfat, serbuk seng, kalium permanganat 0.02 M, asam sulfat 2 M,
kristal asam oksalat dan akuades.
D. Cara
Kerja
Larutan
besi (II) di buat dengan mereaksikan amonium besi (II) sulfat sebanyak 4 gram
dengan akuades sebayak 12.5 ml. larutan kemudian di asamkan dengan cara
menambahkan 1.5 ml asam sulfat 2 M. Berikutnya magnetic stirrer dimasukkan
kedalam larutan yang dibuat dan diletakkan diatas hot plate. Kemudian hot
pllate dihidupkan stirnya sampai penunjuk pada anggka 6. Larutan ditunggu
sampai menjadi homogan. Selanjutnya larutan asam oksalat dibuat dengan
mereaksikan kristal asam oksalat sebayak 2.5 gram ke dalam 15 ml akuades.
Kemudian dilakukan pengadukan sehingga kristal asam oksalat dapat larut kedalam akuades secara sempurna. Selanjutnya
larutan asam oksalat yang telah dibuat dimasukkan kedalam larutan amonium besi
(II) sulfat. Larutan selanjutnya dilakukan pemanasan sampai larutan mendidih
dan dilakukan penutupan pada mutul gelas beker dengan gelas arloji. Setelah
larutan mendidih, larutan diangkat dari hot plate. Hot plate kemudian digunakan
untuk memanaskan air. Larutan kemudian dilakukan penyaringan pada corong bunsen
untuk memisahkan endapan kuning yang terbentuk. Endapan yang terbentuk kemudian
di cuci dengan menggunakan air panas yang telah disiapkan tadi dan dilakukan
pencucian kembali dengan larutan aseton. Endapan yang dipeoleh selanjutnya
dilakukan pengeringan dengan cara dimasukkan kedalam oven. Setelah endapan
kuning tersebut kering, maka endapat ditimbang untuk mengetahui massa endapan
kuning tersebut.
Pencarian
randemen dari endapan kuning yang dihasilkan dapat dilakukan dengan cara
dilarutkannya endapan kuning sebanyak 0.2 gram kedalam 10 ml asam sulfat 2 M.
Larutan kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan standar kalium
permanganat. Setelah dititrasi dengan kalium permanganat sebanyak 2 ml, maka
larutan dipanaskan samapai suhu 60 oC. larutan selanjutnya dilakukan
titrasi kembali dengan menggunakan larutan kalium permanganat sampai titik
ekuivalen terjadi. Sebikutnya larutan dibawa ke dalam lemari asam untuk
ditambahkan 2 gram serbuk seng dan dilakukan pengadukan selama 10 menit sampai
larutan tidak berwarna. Selanjutnya larutan disaring menggunkan glass wool dan
dicuci residunya dengan menggunakan asam sulfat 2 M. Larutan dilakukan titrasi
kembali dengan marutan standar sampai titik ekuivalan tercapai.
E. Data
Pengamatan
No
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1
|
Ditimbang amoniun besi (II) sulfat
|
4.007 gram
|
2
|
Ditimbang kristas asam oksalat
|
2.504 gram
|
3
|
Massa besi (II) oksalat
|
1.7478 gram
|
4
|
Titrasi ke-1 dengan KmnO4
|
31.3 ml
|
5
|
Massa seng
|
2.004 gram
|
6
|
Titrasi ke-2 dengan KmnO4
|
11.3 gram
|
F. Pembahasan
Percobaan
yang berjudul “Sintesis dan Penentuan Rumus Molekul Senyawa Kompleks Basi (III)
Oksalat” memiliki dua tujuan percobaan, yaitu mensintesis senyawa kompleks besi
(III) oksalat dan menentukan rumus molekul senyawa kompleks besi (III) oksalat.
Prinsip kerja dari percobaan ini adalah berdasarkan dari pembentukan kompleks
besi (II) oksalat melalui reaksi antara amonium nesi (II) sulfat dan asam
oksalat dengan cara titrasi parmanganonetri (KMnO4).
Percobaan
ini dimulai dengan dibuatnya larutan besi (II) dan larutan asam oksalat. Pada
larutan besi (II) dibuat dengan mereaksikan amonium besi (II) sulfat dengan
asam sulfat, dimana asam sulfat akan mengubah larutan bersuasana
asam.selanjutnya larutan besi diaduk dengan menggunakan magentic stirer agar
amoium besi (II) sulfat dapat larut sevara sempurna dalam larutan. Pada
pembuatan larutan asam oksalat, dilarutkan kristal asam oksalat dengan
menggunakan akuades dengan bantuan pengadukan sehungga kristal dapat larut
secara sempurna. Reaksi antara larutan besi dan asam oksalat dilakukan secara
terpisah karena bila langsung dicampurkan, kemungkinan larutan tidak akan larut
secara sempurna karena ada salh satu senyawa yang bereaksi terlebih dahulu
sebelum larutan menjadi homogen. Setelah di buat larutan besi lan larutan asam
oksalat, maka kedua larutan dicampurkan
dan kemudian dididihkan. Pemanasan ini berfungsi untuk mempercepat
reaksi, dimana semakin tinggi temperaturnya, maka reaksi akan berjalan semakin
cepat, sehingga akan cepat menjadi homogen. Setelah mendidih makan didalam
larutan akan terbentuk endapan berwarna kuning. Endapan inilah endapan yang
terbentuk dari reaksi tersebut, yaitu endapan besi (II) oksalat. Warna kuning
pada endapan merupakan warna khas dari logam besi. Untuk mendapatkan endapan
besi (II) oksalat, maka dilakukan penyaringan. Selanjutnya dicuci dengan air
panas dan larutan aseton agar zat pengotor yang masih tertinggal dapat ikut
larut sehingga hanya tertinggal endapan besi (II) oksalat yang murni.
Selanjutnya
untuk mengetahui randemen dan komposisi lari endapan kuning besi (II) oksalat
yang dihasilkan, maka endapan kuning dilarutkan ke dengan asam sulfat.
Selanjutnya larutan di lakukan titrasi dengan menggunakan larutan standar
kalium permanganat. Selanjutnya larutan dilakukan pemanasan sampai suhu 60 oC
dan dianjutkan proses titrasinya sampai mencapai titik ekuivalen. Pemanasan ini
berfungsi untuk membuat molekul-molekul dalam larutan lebih cepat bertumbukan ,
sehingga akan membuat proses pentitrasian akan berjalan dengan baik.
Pentitrasian akan dihentikan ketika larutan suadah berwarna merah muda. Warna
merah muda ini menunjukkan bahwa laruatn telah mencapai titik akhir titrasi,
dimana molekul-molekul KMnO4 sudah berlebih didalam larutan. Titrasi
pada tahap ini memerlukan larutan KMnO4 sebanyak 31.3 ml.
selanjutnya larutan ditambahkan serbuk seng didalam lemari asam. Penambahan
dilakukan dilemari asam karena reaksi antara larutan dan sebruk seng akan
menghasilkan asam yang bebahaya apabika terhirup oleh praktikan. Larutan
dilakukan pengadukan sampai serbuk seng larut secara sempurna kedalam larutan.
Kemudian larutan dilakukan penyaringan dengan menggunakan glass wool agar seng yang masih belum larut dapat tertinggal
di glass wool. Selanjutnya larutan dicuci dengan asam sulfat dan dilakukan
titrasi kembali dengan menggunakan larutan KMnO4 sampai mencapai
titik ekuivalan tercapai. Pada tritrasi ini diperlukan larutan KMnO4 sebanyak
11.3 ml.
Berdasarkan
data hasil percobaan maka setelah dilakukan perhitungan untuk menentukan rumus
dari besi (II) oksalat dan randemen besi (II) oksalat didapatkan rumus molekul
besi (II) oksalat yaitu Fe(C2O4).3H2O.
Selanjutnya untuk randemennya diperoleh sebesar 97.15 %.
G. Kesimpulan
1. Senyawa
kompleks besi (II) oksalat disintesis dengan cara mereaksikan amoniun besi (II)
sulfat dengan kristan akam oksalat dangan bantuan titrasi permanganometri.
2. Rumus
molekul senyawa kompleks besi (II) oksalat adalah Fe(C2O4).3H2O
dan randemen senyawa kompleks besi (II) oksalat sebesar 97.15 %.
Daftar
Pustaka
Chang, Raymond.
2005. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta:
Erlangga
Effendi. 2007. Kimia Koordinasi. Malang: Bayu Media
Publishing
Harjadi. 1990. Ilmu
Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia
Widodo, Didik Setiyo dan Retno Anindi Lusiana. 2010. Kimia Analisis Kuantitatif. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Svehla,G.
1990. Buku Teks Kimia Anorganik
Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: Kalman Media Pustaka
Pehitungan
A.
Titrasi 1
1)
MnO4-
+ 8H+ + 5e- → Mn2+
+ 4H2O (x1)
Fe2+ → Fe3+
+ e- (x5)
MnO4- + 8H+
+ 5Fe2+ → Mn2+ + 4H2O + 5Fe3+
2)
MnO4-
+ 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4H2O (x2)
C2O4 → 2CO2 + 2e- (x5)
2MnO4- + 16H+
+ 5C2O4 → 2Mn2+ + 8H2O + 4CO2
Menghitung kadar oksalat:
m grek MnO4- = m
grek C2O42- + m grek Fe2+
m grek C2O42-
= m grek MnO4- - m grek Fe2+
m mol C2O42- = (V titrasi 1 x N MnO4-) – (V
titrasi 2 x N MnO4-)
n C2O42-
= (31.3 ml x 0.02 M x 5) – (11.3 ml x 0.02
M x 5)
2
= 1 mmol
Massa C2O42- = 1 mmol x 88 g/mol
= 88 mg
B.
Titrasi 2
Menghitung kadar Fe2+
m grek Fe2+ = m grek MnO4-
mmol Fe2+ x n
Fe2+ = V titrasi 2 x N MnO4-
mmol Fe2+ = V titrasi 2 x MnO4- x N MnO4-
n
Fe2+
= 11.3 ml x 0.02 M x 5
1
= 1.13 mmol
Massa Fe2+ = 1.13 mmol x 56 g/mol
= 63.28 mg
C.
Penentuan Kadar
Air
Massa H20 =
massa sampel – (massa Fe2+ + Massa C2O42-)
= 0.207 gram
– (63.28 mg + 88 mg)
= 207 mg –
151.28 mg
= 55.72 mg
mmol H20 = 55.72 mg
18 g/mol
= 3.095
mmol
D.
Penentuan Rumus
Molekul Senyawa Kompleks
mmol Fe2+
= mmol C2O42- = mmol H20
1 =
1.13 = 3.095
x = y
= z
Sehingga = Fe x (C2O4) y . z H20
= Fe(C2O4).3H20
Mr =
(Ar Fe x 1) + (Ar C x 2) + (Ar O x 7) + (Ar H x 6)
= (55.85) + (12 x 2) + (16 x
7) + (1 x 6)
= 197.85
E.
Penentuan
Randemen
Fe(NH4)2(SO4)2.6H20
+ H2C2O4.2H2O → Fe(C2O4).3H2O
m : 0.01
mmol 0.02 mmol 0.01
mmol
r : 0.01 mmol 0.01 mmol 0.01
mmol
s : 0.01
mmol 0.01 mmol
mol Fe(NH4)2(SO4)2.6H20
= massa Fe(NH4)2(SO4)2
Mr
= 4.0079 g
392 g/mol
= 0.01 mol
mol H2C2O4.2H2O = massa H2C2O4
Mr
= 2.504 g
126 g/mol
Massa Fe(C2O4).3H2O = 0.01 mol x 180 g/mol
= 1.8 gram
Randemen = massa
eksperimen x 100%
massa teoritis
= 1.7487 g x 100%
1.8 g
= 97.15 %
Tag :
Kimia Unsur,
Praktikum
0 Komentar untuk "Laporan Praktikum Sintesis dan Penentuan Rumus Molekul Senyawa Kompleks Besi (III) Oksalat"